Loading...

another template by mbah siyam

Jerusalem, Satu Kota 3 Iman

Jerusalem, Satu Kota Tiga Iman Saat ini saya mulai membaca (lagi) buku yang berjudul "Jerusalem, SatuKota Tiga Iman" karya Karen Armstrong (KA). Sebenarnya buku ini . Disini menerangkan awal mulanya ketertarikan KA untuk menulis buku ini. Dengan menjadi seorang Biarawati muda yang ditugaskan ke Jerusalem pada sekitar tahun 1983, beliau menemukan hal-hal yang sesungguhnya diluar dari apa yang dia bayangkan mengenai Jerusalem sebelumnya. Selama tinggal di Kota Jerusalem, KA memiliki teman dari tiga umat yang berbeda (Orang Yahudi, Kristen dan Muslim) dan dari masing-masing umat tersebut, dia diberi penjelasan mengenai mengapa kota ini sangat penting dan suci bagi mereka. Itulah kenyataan pertama yang harus diterima (suka atau tidak suka) oleh KA.
Sebelum KA menjejakkan kakinya ke Jerusalem, dia membayangkan Jerusalem sebagai Kota Suci bagi Umat Kristiani yang penuh dengan simbol-simbol dan situs-situs kekristenan tetapi kenyataannya Kota Jerusalem ini merupakan kota yang juga dianggap suci bagi umat-umat lainnya yaitu Yahudi dan Muslim.
Bagi umat Kristiani, Kota Jerusalem dianggap 'suci' dan penting karena disanalah Yesus wafat dan dibangkitkan kembali hingga munculnya Iman Kristen, bagi umat Yahudi, adanya kerajaan Yahudi yang didirikan oleh Raja Daud dan Kuil Sulaiman (Solomon Temple) yang dulunya merupakan kuil Yahudi yang terbesar dan termegah bagi umat Yahudi, dan bagi umat Muslim, di Jerusalem lah berdirinya Masjid Al Aqsa yaitu Masjid yang menjadi tempat terjadinya peristiwa Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW. Disitulah KA mulai sadar akan adanya pluralisme agama di Kota Jerusalem dan ternyata orang dapat melihat simbol yang sama dalam cara-cara yang sangat berbeda (Reader's Note: ini merupakan pernyataan yang SANGAT MENARIK buat saya pribadi).

Dari studi awal yang dilakukan oleh KA, muncullah tiga konsep yang akan terus dibahas dalam buku ini yaitu:
  • Konsep pertama mengenai gagasan tentang Tuhan atau yang disakralkan. Menurut KA, adanya hasrat manusia untuk mencari Tuhan atau yang disakralkan atau yang disucikan, apapun opini teologis kita, yang suci dialami dalam berbagai cara: ia menimbulkan ketakutan, kekaguman, antusiasme, kedamaian, dan aktivitas moral yang kuat. Ia merepresentasikan suatu eksistensi yang lebih penuh dan lebih baik yang akan melengkapi kita.
     
  • Konsep kedua mengenai pertanyaan tentang mitos. Orang-orang Palestina mengklaim bahwa tidak ada bukti arkeologis mengenai Kerajaan Yahudi Raja Daud dan Kuil Solomon dan begitupula orang-orang Israel yang membantah kisah Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW dari Majid Al Aqsa, semua peristiwa dan kejadian yang diyakini benar adanya baik dari sisi orang Muslim maupun orang Yahudi dianggap hanya sebagai mitos oleh masing-masing pihak yang menyangkalnya. Menurut KA, Mitologi didefinisikan sebagai bentuk kuno dari psikologi, karena ia mendeskripsikan jangkauan-jangkauan batin diri yang begitu misterius tapi mempesona bagi kita. Mitos tentang "sakral" mengekspresikan kebenaran mengenai kehidupan batin dan menyentuh sumber-sumber yang sulit diketahui sehingga dapat membangkitkan emosi-emosi yang kuat.
     
  • Konsep ketiga mengenai simbolisme. Menurut KA, sebuah simbol dilihat sebagai bagian dari realitas yang disimbolkan; sebuah simbol agama, dengan demikian, memiliki kekuatan untuk memperkenalkan penyembahnya kepada ranah yang sakral. Bagi orang-orang Yahudi, Kristen dan Muslim, Kota Jerusalem merupakan simbol Ilahi semacam itu.
KA sangat menekankan bahwa penulisan buku ini merupakan sebuah usaha untuk mengetahui apa yang dimaknai oleh orang Yahudi, Kristen dan Muslim ketika mereka mengatakan bahwa kota itu "suci" bagi mereka dan untuk menunjukkan beberapa implikasi dari kesucian Jerusalem dalam masing-masing tradisi. Ini sama pentingnya dengan menetapkan siapa yang tinggal dikota itu pertama kali, karena itu, yang berhak memilikinya

JERUSALEM, Satu Kota Tiga Iman (3)
Satu Kota Tiga Iman (2)Pada bab ini diawali oleh KA dengan menulis sebuah pernyataan yaitu kita tidak tahu apa-apa mengenai orang yang pertama kali tinggal di bukit-bukit dan lembah-lembah yang kelak menjadi Kota Jerusalem (Pada abad perunggu awal). Ironisnya, kota yang akan dianggap sebagai pusat dunia oleh jutaan orang Yahudi, Kristen dan Muslim itu tidak begitu terkenal dan letaknya terpencil di Kanaan kuno, yaitu di di dataran tinggi, yang sulit untuk ditempati dan berada diluar pusat negara. Pada abad perunggu awal ini, perkembangan kota justru terjadi disekitar pesisir pantai, lembah Yizreel yang subur dan Negev, dimana orang-orang mesir membangun depo-depo perdagangan. Kanaan adalah sebuah negeri yang kaya potensi; penduduknya banyak mengekspor anggur, minyak, madu, aspal dan biji-bijian. Kanaan juga memiliki nilai strategis, karena menghubungkan Asia dan Afrika dan menjadi jembatan antara Mesir, Syria, Phunisia, dan Mesopotamia.

Dijelaskan oleh KA bahwa peradaban kota-kota di dunia kuno sangatlah rentan dan mengundang perpecahan (sekitar 230 SM). Kanaan sudah mengalami jatuh bangun beberapa kali, setelah hancurnya kerajaan lama (sekitar 2613-2160 SM) pada millenium kedua, Kanaan dihuni kembali dan pada masa ini tidak diketahui dengan jelas mengenai kehidupan di Kanaan, tidak ada pemerintahaan pusat di negeri tersebut, tiap kota merupakan wilayah otonom yang memiliki pemimpin sendiri dan mendominasi daerah pinggiran. komunikasi sulit dan jalur perjalanan yang sering dipergunakan dari Mesir ke Damaskus selalu melewati pinggiran pantai dari Gaza sampai Yaffa, kemudian memotong daerah pedalaman untuk menghindari dari rawa-rawa disekitar Gunung Karmel menuju Megiddo, Lembah Yizreel, dan Laut Galilea, oleh karena itu tidaklah mengherankan apabila didaerah-daerah ini sangat padat penduduknya (merupakan daerah yang hidup dan memiliki nilai strategis dan ekonomis).

Menurut KA, Jerusalem baru bisa dikatakan telah memasuki sejarah yaitu sekitar abad ke 19 SM, dimana penduduk mulai memasuki kota-kota benteng seperti Sikhem (merupakan kota benteng yang paling kuat), Hebron dan Jerusalem dan bermukim disana.Selain dijelaskan adanya perkembangan kota yang secara politik dipengaruhi oleh Mesir, juga terdapat perkembangan budaya dan agama yang utamanya dipengaruhi oleh Syria. Ini ditunjukkan dengan adanya nama kota di Kanaan yang diambil dari nama dewa Syria, yaitu Shalem yang berarti matahari terbenam atau bintang malam, terdapatnya peninggalan kuil-kuil yang berarsitektur kuil Syria, kuil-kuil ini terutama terdapat di daerah Hazor, Megiddo, dan Sikhem.

Pada masa ini semua kota dianggap suci dan masyarakat mengasosiakan dewa-dewa dengan matahari, angin, atau hujan yang membawa kehidupan, hal ini karena masyarakat di dunia kuno merasakan unsur ilahi dalam dunia alam. Daerah pegunungan yang berbukit dianggap sebagai daerah yang paling sesuai untuk merepresentasikan kedekatan dengan dewa-dewa. Banyak penduduk yang sengaja mendaki pegunungan untuk merasakan sensasi kedekatan dengan dewa-dewa. Salah satu gunung yang paling penting bagi Jerusalem adalah Gunung Zaphon (sekarang bernama Jebel Al-Aqra), Gunung Hermon, Karmel dan Tabol merupakan gunung-gunung yang terpenting bagi Kanaan. Berdasarkan Mazmur Ibrani (Hebrew in Old Testament), Gunung Zion yang terletak di sebelah utara Bukit Ophel di Jerusalem juga merupakan situs penting, karena disitulah dibangun kuil besar Yahudi yang menutupi Gunung Zion tersebut dan dibangun oleh Raja Herodes diabad pertama SM.

Selama abad ke 18 SM, tidak diketahui dengan jelas kehidupan keagamaan di Jerusalem, tidak diketemukannya keramik dari abad ke 17 - 15 SM yang bisa menjadi bukti arkeologis Jerusalem. Baru pada abad ke 14 SM, diketahui secara pasti bahwa Jerusalem dihuni kembali. Adanya pengaruh kaum Hurria (Kaum Hurria = Kaum Hevites atau Horites dalam Bibel) yang sangat kuat di Jerusalem dan pengetahuan kita tentang Jerusalem di titik ini berdasarkan lempengan aksara paku (Bahasa Akkadia yang merupakan aksara paku kaum Hurria) yang ditemukan di Tel El-Armarna Mesir pada 1887 SM, yang merupakan arsip Kerajaan Firaun Amenhotep III (1386 - 1349 SM) dan puteranya Akhenaten (1350 - 1334 SM) yang berisi surat-surat mengenai pergolakan di negara-negara kota, rencana ekspansi perluasan wilayah mulai dari laut Galilea di utara sampai ke barat Gaza.

Menurut KA, tidak ada bukti langsung (bukti arkeologis) yang dapat menunjukan kehidupan keagamaan di Jerusalem selama Abad Perunggu, yang dapat memberi informasi detail mengenai pemujaan di Gunung Zion. Namun, KA menemukan beberapa hal yang terasa 'ganjil' yang terdapat dalam Mazmur Ibrani (Hebrew in Old Testament) yang dipergunakan dalam pemujaan orang-orang Israel di Gunung Zion. Frase-frase dari himne-himne Ugarit (Bangsa Ugarit bertempat tinggal sekitar 20 mil dari Gunung Zaphon, menyebutkan Zaphon sebagai tempat suci, gunung warisan, tempat pilihan, bukit kemenangan; Zaphon adalah pusat dunia bangsa Ugarit) muncul dalam Mazmur-Mazmur yang merayakan penobatan Tuhan atas Israel di Gunung Zion. Mereka memuji kemenangan dia atas "leviathan" (monster) dan naga pada hari penciptaan, Gunung Zion juga disebut sebagai kota perdamaian, gunung suci dan warisan abadi Tuhan. Kadang Zion disebut juga Zaphon dalam Bibel Ibrani (Hebrew in Old Testament). Para Sarjana menyimpulkan bahwa mereka membawa pemujaan atas Baal (dewa bangsa Ugarit dan Hurria yang mengalahkan Leviathan sang monster) ke Jerusalem dan ini suatu hari akan memperkenalkan gagasan Ugarit tentang Kota Suci Perdamaian ke dalam pemujaan orang-orang Israel di Gunung Zion.
(Reader's Note: Ada beberapa hal yang terasa Sangat ANEH bagi saya sebagai seorang pembaca...
  • Berarti bangsa Yahudi "mencontek" kalimat puja-pujaan bangsa Ugarit, bukannya seharusnya kalimat puji-pujian itu berasal dari Tuhan bukan kalimat karangan manusia?
  • Mengapa dalam Bible Ibrani terkadang Zion disebut juga Zaphon? sedangkan kita mengetahui bahwa Gunung Zion dan Gunung Zaphon adalah dua gunung yang berbeda, silahkan dilihat pada paragraf 4
  • Apakah kesimpulan para sarjana diatas berarti untuk memberikan "pembenaran" akan pemujaan bangsa Israel di Gunung Zion?
  • Atau apakah sebenarnya pemujaan yang dilakukan bangsa Israel di Gunung Zion dikarenakan disanalah (dulu) berdirinya Kuil Yahudi yang dibangun oleh Raja Herodes? kenapa bukan di Gunung Zaphon...
  • Sangat ANEH....
Jerusalem digambarkan dapat memberikan kedamaian bagi penduduknya (orang-orang dari Timur Dekat kuno), dibuktikan dengan selamatnya Jerusalem dari kerusuhan pada abad 13 SM. Bibel menunjukkan bahwa benteng Yebus di Zion dianggap tidak terkalahkan. Setelah melewati berbagai gejolak, mulai dari hilangnya kontrol Mesir atas Kanaan, migrasi besar-besaran, wabah penyakit, hingga munculnya ancaman-ancaman dari kekuasaan baru, akhirnya Zion Yebus terkepung oleh suatu kekuasaan baru yang agresif, yaitu Kerajaan Israel yang akan mengubah nasibnya untuk selamanya.

JERUSALEM, Satu Kota Tiga Iman (3)

Siapakah orang-orangIsrael? Dalam Bible disebutkan bahwa mereka berasaldari Mesopotamia yang kemudian menetap di Kanaan dan 12 suku Israel pada sekitar 1750 SM bermigrasi ke Mesir karena paceklik. Diterangkan bahwa mereka hidup makmur di Mesir dan kemudian menjadi budak dan pada tahun 1250, dibawah kepemimpinan Musa, mereka melarikan diri keluar Mesir dan hidup nomaden di Semenanjung Sinai. Mereka menganggap hidup nomaden di Sinai bukanlah keputusan permanen, mereka yakin Yahwe (Tuhan mereka) telah menjanjikan Negeri Kanaan yang subur untuk mereka. Sayangnya, sebelum sampai ke Tanah yang Dijanjikan oleh Tuhan, Musa meninggal dan dibawah kepemimpinan penerusnya yaitu Yosua, kedua belas suku ini mengambil alih Kanaan dengan kekerasan (melalui pedang) atas nama Tuhan mereka sekitar tahun 1200 SM.

Semua orang yang menghuni Negeri Kanaan dimusnahkan oleh mereka dan setiap suku diberi wilayahnya masing-masing, tetapi suku Yehuda dan Benyamin berada dalam satu kota. Penulis Bible menyebutkan bahwa putra-putra suku Yehuda tidak dapat menyingkirkan orang-orang Yebus dari wilayah Jerusalem dan mereka tetap hidup berdampingan sebagaimana keadaan mereka saat ini. Akhirnya, Jerusalem menjadi pusat Agama Israel.
Reader's Note:
  • Kembali lagi, KA memulai bab ini dengan sebuah pertanyaan yang cukup menarik mengenai Israel.
  • Dari penjelasan diatas, Apakah Tanah yang dijanjikan tersebut hanya keputusan suku-suku Israel saja atau memang Tuhan telah benar-benar menjanjikan tanah tersebut untuk mereka?
  • Apabila Tuhan memang menjanjikan tanah tersebut untuk mereka, kenapa harus dengan jalan kekerasan (membunuh) untuk mengambil Tanah yang Dijanjikan tersebut? kok aneh ya..
KA menyebutkan bahwa beberapa tahun terakhir, para arkeolog menemukan tanda-tanda kehancuran di situs Kanaan tapi tidak ada bukti yang dapat menunjukan hubungan pasti dengan Israel. Penulis Bible mengakui bahwa penyerangan/penaklukan Yoshua tidaklah total karena Yoshua tidak dapat mengalahkan negara-negara Kota Kanaan, juga tidak dapat mengalahkan bangsa Filistin. Kembali lagi KA menyebutkan bahwa Bible mengesankan bahwa penaklukan Yoshua tersebut merupakan sesuatu yang tidak pernah terjadi. Akan tetapi, masih ada saja sarjana (dari Israel dan Amerika) yang menganut pandangan bahwa suku-suku Israel tersebut datang dengan cara penaklukan tapi ada juga yang menganggap bahwa suku-suku tersebut datang ke Negeri Kanaan dengan jalan damai dan membaur dengan warga Kanaan.

Ada bukti (satu-satunya rujukan non-bible untuk penelitian Israel) bahwa Israel tiba di Kanaan pada akhir abad 13 SM. Bukti tersebut berupa prasasti untuk memperingati keberhasilan Firaun Merneptah pada 1207 SM, yang menyebutkan bahwa Israel telah diporak porandakan tapi benihnya tidak. Dulu ada pemikiran bahwa Hapiru atau Apiru yang disebutkan dalam berbagai inskripsi dan dokumen abad ke 14 SM adalah pelopor dari suku-suku Ibrani Yoshua. Akan tetapi, tampaknya Hapiru bukanlah sebuah etnis tapi suatu kelas dalam masyarakat Kanaan. Mereka adalah orang yang tersingkirkan karena alasan ekonomi dan politik. Kadang merka menjadi bandit, kadang menjadi tentara bayaran. Persepsi bagi mereka adalah sebagai pembuat onar di Kanaan. Orang-orang Israel pertama-tama disebut "Kaum Ibrani", sementara mereka sendiri merupakan suatu kelompok luar di Mesir, tetapi mereka bukan satu-satunya Hapiru di daerah itu.

Para sarjana hari ini cenderung mengasosiasikan kelahiran Israel dengan gelombang baru pemukiman di dataran tinggi Kanaan tengah. Para arkeolog telah menggali reruntuhan (diperbukitan) di sebelah utara Jerusalem, yang berasal dari sekitar tahun 1200 SM. ditunjukkan bahwa sampai saat itu, tanah yang tandus tidak cocok untuk pertanian, tapi sudah ada kemajuan-kemajuan teknologi yang memungkinkan berkembangnya pemukiman. Tidak ada bukti bahwa para pemukim tersebut adalah orang asing; budaya material desa-desa (yang digali oleh para arkeolog tersebut) sama dengan yang ditemukan di dataran pantai. Sehingga, para arkeolog menyimpulkan bahwa para pemukim hampir dipastikan adalah orang-orang pribumi Kanaan. Jika teori ini benar, "orang-orang Israel" tentu saja adalah orang-orang pribumi Kanaan yang bermukim di bukit-bukit dan perlahan-lahan membangun identitas tersendiri.

Jika orang-orang Israel benar-benar orang Kanaan, mengapa Bible berkeras menyatakan bahwa mereka adalah orang-orang luar? Menurut KA, kisah Pentateuch, kitab-kitab pertama dari Bible, didominasi oleh cerita-cerita orang-orang Israel mencari tanah airnya, tapi Bible mengisyaratkan bahwa tidak semua orang Israel ambil bagian dalam Eksodus (keluarnya Israel dari Mesir). KA kembali menegaskan bahwa tak dapat dielakkan bahwa cerita tentang Eksodus itu merupakan rekayasa.

Menurut KA, orang-orang Israel belum menulis sejarah mereka sendiri sampai setelah mereka menjadi penguasa utama di negeri itu. Para penulis kitab-kitab Bible mulai dari Pentateuch, Deuteronomist (Kitab Ulangan), Priestly (Kitab Imamat) sampai pada kitab-kitab yang membahas sejarah Israel dan Yehuda, yaitu kitab Yoshua, Hakim-hakim, Samuel, dan kitab Raja-raja serta kitab Tawarikh, mereka sering menggunakan sumber-seumber dan catatan-catatan sejarah yang lebih awal tapi menggunakannya untuk mengemukakan interpretasi-interpretasi teologis mereka sendiri. Sehingga KA menyimpulkan bahwa tak seorangpun dari penulis kita, karena itu, menulis sejarah objektif yang akan memuaskan standar kita hari ini. Apa yang mereka perlihatkan adalah bagaimana orang-orang dari periode mereka sendiri melihat masa lalu.

Bangsa Israel sangat yakin bahwa nenek moyang mereka, Ibrahim, berasal dari Mesopotamia dan pada tahun 1850 SM, Tuhan hadir kepada Ibrahim di Haran dan berfirman; "Tinggalkan negerimu, keluargamu, dan rumah ayahmu menuju tanah yang akan Aku tunjukkan kepadamu". Negeri itu adalah Kanaan. Ibrahim tiba di Kanaan sebagai pendatang. Dia tidak punya tanah disana sampai dia membeli kapling tanah untuk memakamkan isterinya di Gua Machpelah di Hebron. 
 
Sumber : suaramedia.com

Berkomentarlah dengan Cerdas, karena mungkin komentar anda sangat bermanfaat bagi orang lain